Minggu, 16 Oktober 2011
ETIKA BISNIS
Senin, 26 September 2011
BISNIS YANG TIDAK BERETIKA
2. Tidak menyalahi aturan-aturan
3. Tidak melanggar hukum
4. Tidak menciptakan suasana keruh pada saingan bisnis
5. Ada izin usaha yang jelas dan juga sah secara aturan dan hukum
Jumat, 20 Mei 2011
KARYA TULIS
Suatu karya tulis merupakan hasil dari proses bernalar penulisnya, jadi tidak salah jika kita menilai seseorang dari karya tulisnya", saya setuju dengan pendapat tersebut karena menulis tidak hanya membutuhkan pikiran tetapi juga pasti ia menulis dengan hati. Dan tentu hasilnya akan sampai ke hati pula. Dan dengan hati, akan terlihat bagaimana penulis tersebut.
Pada novel, kita akan dibawa dalam suatu keadaan yang diinginkan penulis. Novel yang menggambarkan kesedihan, putus cinta atau penderitaan hidup bisa menggambarkan kepribadian penulis yang melankolis, lembut, atau bahkan kita bisa membayangkan kehidupan asli si penulis jika novel tersebut ditulis berdasarkan kisah pribadinya sehingga dengan mudah kita mengetahui atau bahkan menilai karakteristik atau sifat seseorang.
Dan di setiap karya tulis mempunyai gaya bahasa tersendiri yang mencerminkan pribadi dari pengarang atau penulisnya. Biasanya tergantung dengan kondisi perasaan pengarang atau penulisnya, inilah yang membedakan penulis yang satu dengan yang lainnya.
Pada novel Dewi ‘dee’ Lestari yang berjudul Perahu Kertas, dalam penulisan novel ini penulis sempat beristirahat selama 11 tahun, dan setelah ditulis ulang selama 55++ hari, setelah mewujud dalam versi digital selama 1 tahun, kini "Perahu Kertas" berhasil diselesaikannya. Kelahiran "Perahu Kertas" juga didorong oleh kerinduannya pada format cerita bersambung yang sempat menghilang dari majalah remaja, sesuatu yang ia gandrungi waktu kecil dulu. Dari novel yang diterbitkan, terlihat bagaimana kualitas dan kuantitas seorang Dewi Dee Lestari yang menulis tidak hanya dengan pikiran tetapi juga dengan hati serta pengalaman.
RESENSI NOVEL AUTUMN IN PARIS
Judul Buku : Autumn in Paris
Penulis : Ilana Tan
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan ketujuh, 2009
Jumlah Halaman : 272 lembar
Genre : Metropop
Dimensi : 13.5 x 20 cm
Jenis Cover : Soft Cover
ISBN : 979-22-3030-0
Tara Dupont, tokoh utama cerita ini, Tara Dupont adalah blasteran Paris-Indonesia tetapi ia menyukai Paris dan musim gugur. Tara Dupont juga tinggal di Paris hidup bersama ayahnya dan bekerja sebagai seorang penyiar di stasiun radio yang cukup terkenal. Ia juga mempunyai seorang kakak angkat berkebangsaan Perancis yang ia pikir adalah cintanya. Sampai akhirnya ia bertemu dengan. Tatsuya Fujisawa, seorang arsitek yang sedang bekerja di Paris, teman dari kakak angkat Tara. Tatsuya adalah seorang lelaki Jepang yang membenci musim gugur di Paris, namun pertemuannya dengan Tara mengubah pendiriannya tentang musim gugur di Paris. Ia menyukai musim gugur di Paris karena Tara.Awalnya, mereka bertemu secara tidak disengaja. Ternyata, Tatsuya adalah teman dari kakak angkat Tara. Merekapun menjadi semakin dekat dan cocok tanpa disangka-sangka. Masa-masa indah mereka lalui bersama, berjalan-jalan ke tempat-tempat indah di Paris, melihat pemandangan kota Paris yang romantis. Namun sayangnya, kekejaman takdir kehidupan membuat mereka berada dalam suatu dilemma. Masa lalu mereka yang tidak dapat diubah, menghancurkan cinta mereka.Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa… arti tak berdaya… Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup….Sebuah kejadian telah membuka tirai masa lalu... Tatsuya harus menjauhkan diri dari Tara, walaupun ia merasa itu sangat sulit. Kenyataan yang pahit telah membuatnya bimbang. Sampai akhirnya Tara juga mengetahui kenyataan pahit tersebut... dan cinta mereka berada di dalam cobaan yang berat... Jalan yang buntu.Buku ini merupakan salah satu buku yang patut untuk dibaca. Ceritanya memang menyedihkan dan mengharukan, namun tidak cengeng. Romantisme juga terasa sekali di dalam novel ini. Seperti saat Tatsuya menuliskan perasaan di dalam surat dan mengirimkannya ke radio. Ilana Tan mengemas cerita ini dengan sangat menarik. Jalan ceritanyapun tidak mudah ditebak. Banyak juga pengetahuan mengenai kota Paris, yang mungkin akan berguna bagi kita. Juga ada banyak kata-kata dalam bahasa Perancis yang dapat kita pelajari.Ilana juga melukiskan pemandangan kota Paris dengan kalimat yang indah, membuat kita menjadi penasaran dengan kota Paris dan ikut membayangkannya.Cerita ini ditutup dengan sebuah kalimat sederhana yang mengandung arti yang ''dalam'' : Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu...
Seandainya masih ada harapan – sekecil apapun untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya demi harapan. Intinya dari cerita ini bahwa kisah cinta tidak akan selalu indah seperti yang kita bayangkan, hal tak terduga pun dapat terjadi. Namun rasa cinta tidak akan pernah habis sampai kapan pun dan kepada siapa pun. Sekian….
Minggu, 06 Maret 2011
BNI Biayai Proyek yang Tak Ramah Lingkungan
Terkejut rasanya ketika mengetahui BNI memimpin sindikasi untuk pembangunan jalan tol Bekasi-Cawang- Kampung Melayu (Becakayu). Keterkejutan tersebut disebabkan ‘keberanian’ BNI untuk memimpin sindikasi pembiayaan sebuah proyek yang akan berdampak buruk bagi kualitas lingkungan hidup
Pembangunan jalan tol Becakayu adalah sebuah proyek yang mendapat kritik dari para pecinta lingkungan hidup di Jakarta . Pasalnya, pembangunan jalan tol di Jakarta akan semakin merangsang penggunaan kendaraan bermotor pribadi di kota ini. Hal itu diperkuat kajian tentang Jaringan Jalan Tol DKI Jakarta oleh PT. Pembangunan Jaya, yang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 1999-2003 saja setiap ada pertambahan panjang jalan sepanjang 1 km di kota ini akan selalu diikuti dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor sebanyak 1.923 unit mobil pribadi dan 3000 kendaraan bermotor roda dua.
Akibatnya, sudah dipastikan akan semakin menambah kemacetan lalu lintas dan polusi udara di Jakarta. Selain itu jika dikaitkan dengan persoalan perubahan iklim, penambahan penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta akan menambah jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfir. Hal ini tentu bertentangan dengan pidato Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) saat acara KTT Perubahan Iklim di Bali pada akhir tahun lalu. Dalam pidatonya SBY mengatakan bahwa Indonesia mempunyai komitmen untuk mencegah terjadinya kenaikan GRK di atmosfir.
Belum lagi bila kita memperhitungkan dampak secara tidak langsung dari pembangunan jalan tol di Jakarta yaitu makin naiknya pertumbuhan kawasan komersial di kota ini. Masifnya pembangunan kawasan komersial baru inilah yang menyebabkan makin tergusurnya ruang terbuka hijau di Jakarta .
OPINI:
Masalah lingkungan memang gampang-gampang susah. Gampang untuk dibicarakan dan diteorikan, namun susah untuk dipraktekkan. Karena dibutuhkan kesadaran yang besar untuk pelaksanaannya. Selain itu juga, masalah lingkungan dan praktek perbaikannya pada umumnya merupakan suatu bentuk gerakan yang terintegrasi dan holistik dari suatu sistem.
Mungkin akan lebih mudah jika sistem itu merupakan sebuah sistem yang kecil, seperti perseorangan maupun keluarga. Namun kalau sudah menyangkut kota, negara, bahkan dunia, dibutuhkan satu bentuk atau organisasi pengawasan yang ketat, disiplin dan tegas.
Terbukti khan, Presiden sudah membuat seruan, tetap saja pelanggaran terjadi. Memang sih, ini baru seruan, belum menjadi sebuah aturan yang formal. Tapi apa salahnya kalau sudah mulai diperhatikan?