Jumat, 20 Mei 2011

KARYA TULIS

KARYA TULIS
Suatu karya tulis merupakan hasil dari proses bernalar penulisnya, jadi tidak salah jika kita menilai seseorang dari karya tulisnya", saya setuju dengan pendapat tersebut karena menulis tidak hanya membutuhkan pikiran tetapi juga pasti ia menulis dengan hati. Dan tentu hasilnya akan sampai ke hati pula. Dan dengan hati, akan terlihat bagaimana penulis tersebut.
Pada novel, kita akan dibawa dalam suatu keadaan yang diinginkan penulis. Novel yang menggambarkan kesedihan, putus cinta atau penderitaan hidup bisa menggambarkan kepribadian penulis yang melankolis, lembut, atau bahkan kita bisa membayangkan kehidupan asli si penulis jika novel tersebut ditulis berdasarkan kisah pribadinya sehingga dengan mudah kita mengetahui atau bahkan menilai karakteristik atau sifat seseorang.
Dan di setiap karya tulis mempunyai gaya bahasa tersendiri yang mencerminkan pribadi dari pengarang atau penulisnya. Biasanya tergantung dengan kondisi perasaan pengarang atau penulisnya, inilah yang membedakan penulis yang satu dengan yang lainnya.






Pada novel Dewi ‘dee’ Lestari yang berjudul Perahu Kertas, dalam penulisan novel ini penulis sempat beristirahat selama 11 tahun, dan setelah ditulis ulang selama 55++ hari, setelah mewujud dalam versi digital selama 1 tahun, kini "Perahu Kertas" berhasil diselesaikannya. Kelahiran "Perahu Kertas" juga didorong oleh kerinduannya pada format cerita bersambung yang sempat menghilang dari majalah remaja, sesuatu yang ia gandrungi waktu kecil dulu. Dari novel yang diterbitkan, terlihat bagaimana kualitas dan kuantitas seorang Dewi Dee Lestari yang menulis tidak hanya dengan pikiran tetapi juga dengan hati serta pengalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar